Gairah kehidupan pesisir, menggelegak lewat warna berdesir. Cirebon, Pekalongan, Lasem, Gresik, hingga kawasan Madura. Bagi mereka, warna adalah bagian dari nuansa jiwa.
Nuansa lebih suka beda daripada sama. Bagi mereka, ketidaksamaan merupakan bagian dari kekayaan. Bisa jadi beda di gradasi dan spektrum yang menyulut kagum. Atau dominasi warna cerah yang tak memungkinkan gairah enyah.
Batik Gresik pun begitu. Ia sudah terbiasa dibasuh keceriaan cakrawala saat sang surya terbit dan tenggelam di kamera pandang nelayan.
Enerjinya meledak-ledak. Vitalilitas seakan tak habis diperas. Asa selalu berdegup, laksana ombak yang tak pernah surut.
Kemerdekaan nelayan itu seluas samudera. Ekspresi gejolak mereka tidak surut siang dan malam. Membatik itu berjuang dalam diam. Menghias waktu dalam kehidupan nelayan.
Batik Gresik bermotif macam-macam. Batik Bandeng, Batik Rusa Bawean, Batik Sunan Giri, Batik Ndulit, serta batik motif Sekar Pudak.
Kehidupan nelayan, ibarat pejalan malam. Hingga menjelang fajar, ada saja cara agar jiwa tetap berkobar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H