Kendali dan kendala itu berpasangan. Saat berjalan pun masih sering  ditemani hujan dan angin. Sesekali kobaran ingin, membakar gudang dalih. Dan penyebab permasalahan pun diusahakan beralih.
Saat sebelum membidikkan anak panah, tentulah tidak akan buta sasaran. Rasa bisa saja masih berdering karena didikte keinginan. Tetapi dendangnya harus  tidak berkelanjutan. Itu karena mata dan tangan masih wajib memfokuskan perhatian.
Peluang agar tepat ke sasaran, mesti diciptakan sendiri. Lingkungan dikendalikan, tidak boleh mengendalikan.
Peluang adalah keberhasilan untuk menaklukkan objek yang gampang sekali dituduh sebagai penyebab kegagalan. Sasaran anak panah, bukan orang lain yang menentukan.
Saat busur panah di tarik ke belakang, sudah fokus mana sasaran, mana yang bukan. Menyandarkan ke faktor keberuntungan, itu termasuk risiko tinggi nian.
Anak panah tentu berlipat kebanggaannya bila bisa tepat menancap di tengah sasaran. Lamat-lamat terdengar kesaksian, bahwa sukses itu bukanlah buah berpangku tangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H