Aromakah itu, yang menuntun ke sumber bau ? Dari jauh masih saja tercium, dari dekat disamarkan dengan wangi parfum.Â
Daya hipnotis menyertai, teperdaya oleh wibawa institusi. Saat wajah cerah mengaburkan barang bukti, punggung masih terikuti. Lalu dibuat jarak, seolah-olah keterkaitan itu tak nampak.
Aromakah itu, yang menuntun ke sumber bau ? Ia sedang rehat sejenak, untuk membendung munculnya cerita bersambung yang dibaca sangat enak. "Lis litem generat. Perkara siji, bakal nglairake perkara candhake".
Kehormatan itu memang terlihat enak jika dilihat dari kejauhan. Bisa jadi ia nampak lebih besar dan kekar. Tapi kenyataannya hanya sekedar rumput, yang cepat membesar dan tumbuh liar.
Batas kebaikan dengan kejahatan sangatlah tipis. Dasar perbuatan pun mengikuti hukum itu. Tetapi siapa sangka, bila arahnya boleh jadi menuju pintu sengsara.
Pembuktian tentu berbeda dengan pengakuan. Saat jejak telah terlacak, hati nurani diberi kesempatan bicara. Tentu sudah berbeda dengan kalimat saat sedang jatuh cinta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H