Ketakutan sering datang berlebihan. Apalagi jika dikhayalkan. Bisa jadi, setiap hari mencengkeram kehidupan.
Rasa benci bisa meninggi. Bersumber dari luar ke dalam, atau sebaliknya. Produknya antara lain ketakutan atau kebencian.
Saat berkawan atau jalan sendirian, cemas gelisah membuntutinya. Resah sekalu gelisah. Khawatir adalah menu tetap harian yang selalu dikunyah sepenuh perasaan. Selalu getir, karena khawatir.
Saat sepi angin, terbayangkan badai. Suara terompet pun dianggap membisingkan kuping. Hari-hari mencoba meredam kebakaran perasaan yang kian sering.
Bila sekujur tubuh emosi sedang begini, rasanya sudah seperti pohon kering yang terbaring mati.
Di kala raga jiwa mengering itulah, nyanyian metdu dikira auman buas bertaring. Mengejar ke mana pun pergi. Saat sedang ketakutan terhadap bunyi.
Andai segala berubah semakin sangar, hari dilalui dengan penuh debar. Lalu, ke manakah keselamatan dan ketenteraman ? Serasa kehilangan harap. Diri ini semakin gagap.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H