Lorong waktu selalu ingat masa lalu. Walau hari masih pagi, di cermin rajin diamati proses kendurnya pipi. Cuaca sering pekat akhir-akhir ini. Menambah pucat pasi suasana hati.
Cermin selalu jujur. Galur wajah selalu gagal "didempul" agar mengencang lentur. Citra muda diinginkan semua. Termasuk mereka yang sudah purna lama.
Cermin itu teliti. Ada saja kelemahan yang ditemukan di wajah ini. Wajah menua diupayakan muda. Bila sedang sedih, dipancarkan ceria.
Sepagi ini cukuplah waktu untuk berkaca. Walau tidak ada acara mau pergi ke mana. Sambil belajar hikmahnya perang ujar.
Sepertinya kita sudah lupa dengan hakikat senyap. Padahal itu prasyarat untuk lebih menghayati kepolosan diri.Â
Mungkin lorong waktulah yang akan  kita lalui hingga nanti. Sambil menjawab  pertanyaan : "Apakah kita akan mengikuti irama hidup yang masih terus bertalu-talu ?"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H