Mohon tunggu...
Bambang Subroto
Bambang Subroto Mohon Tunggu... Lainnya - Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Pensiunan Badan Usaha Milik Negara, alumni Fakultas Sosial & Politik UGM tahun 1977. Hobi antara lain menulis. Pernah menulis antara lain 2 judul buku, yang diterbitkan oleh kelompok Gramedia : Elexmedia Komputindo. Juga senang menulis puisi Haiku/Senryu di Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sepatu Tak Pernah Berkeluh Kesah

12 Juli 2022   19:47 Diperbarui: 12 Juli 2022   19:49 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penyemir itu sedang merawat sepatu tua. Kulitnya telah tipis "klemir", tapi mampu menampung memori tentang pemakainya. Ia mengamati dengan hati-hati. Jika terlalu kasar, retak rambutnya akan semakin menganga.

Sepatu mampu menjaga diri. Ia tidak sembarang ngelantur membuka rahasia pribadi. Walau sebenarnya ia tahu kelakuan si pemilik kaki. Entah itu jahat atau baik hati.

Sepatu pun bisa ragu. Kota semakin tidak ramah terhadap pejalan kaki. Seperti burung yang diusir dari kerindangan pohon. Ada motif kejam, yang mulai digenggam.

Pepohonan itu sudah telanjur ditebang. Tak peduli ada peringatan Undang-undang. Mereka merasa sedang mengukir keindahan alam.

Lihatlah daun tua melayang kesepian. Mereka terbuang karena ditetapkan sebagai biang kekotoran.

Kota itu mesti bersih mengkilat. Sebersih sepatu tua, yang dirawat dengan penuh hormat. Tak ada sebutir debu pun yang diizinkan hinggap.

Sepatu tua itu telah berfungsi sebagai penolong. Oleh karenanya ia tidak silau lagi terhadap gebyar keduniawian. Dan akhirnya lebih mudah memahami apa itu hakikat kesukarelaan.

 "Non ignara mall miseris succurrere disco. Aku iki wis taneg sengsara. Merga kuwi, luwih seneng tetulung marang wong liya sing luwih susah".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun