Hujan deras seharian. Di sepanjang jalan, air menggenang. Menjelang hari raya kurban, rintiknya tak mau diam. Sunyi mencuci dedaunan, kalau malam mengirim dingin ke tulang.
Debu istirahat terbang. Mereka menjadi tanah subur untuk rerumputan. Bila akan dijadikan media tanam, mesti harus diserok pelan-pelan.
Agar lebih menghayati alam, tak baik jika hanya mematung diam. Terkesan indah, tetapi sejatinya gundah. Selalu diam, Â sekali pun ada yang memandangÂ
Sebenarnya dia tidak kuasa untuk memengaruhinya. Karena kapan saja angin bermuatan debu setiap saat ingin memeluk dari dekat. Karena hembusan keras, patung berusaha tegar dan gagah. Ia tak merasakan lelah, dan menjauh dari raut gelisah.
Bersyukurlah bila kita masih diberi waktu. Urung dari keinginan mematung. Tak guna hanya berdiam diri bingung. Bergeming, diam membatu. Apalagi kalau hari-harinya lebih banyak diam, hanya mengenang masa lalu yang sudah padam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI