Dalam kehidupan sehari-hari, tak mungkin kita melepaskan topeng. Saat bersedih, Â bertopeng manis. Saat mengharap, memasang wajah sok akrab.
Bertopengkah kita, seperti pemeran drama kehidupan ? Memoles kodrat nyata, menjadi berbunga-bunga dalam wajah dan kata. Bisa menetap atau sementara, atau menjadi tanda yang mengabadi lama.
Topeng bisa memudar, karena rekaan tak mungkin sempurna. Tiada yang abadi, untuk yang satu  ini. Namun demikian, konsep tentang pribadi, senantiasa ditempatkan pada posisi yang tertinggi.
Bertopengkah kita di saat punya tujuan terselubung ? Terutama saat sedang dihembus semilir yang memerosotkan jiwa, serta badai kenikmatan dunia. Seandainya satu saat diterpa oleh dua angin itu, bisa jadi gelora kegembiraan dan kemarahan akan semakin  lekat menyatu menuju kehancuran.
Kejelasan dan keadaan samar bisa saja melahirkan ribuan ekspresi. Hingga akhirnya tak mungkin lagi dikenali, kecuali misteri topeng asli.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H