Mohon tunggu...
Bambang Subroto
Bambang Subroto Mohon Tunggu... Lainnya - Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Pensiunan Badan Usaha Milik Negara, alumni Fakultas Sosial & Politik UGM tahun 1977. Hobi antara lain menulis. Pernah menulis antara lain 2 judul buku, yang diterbitkan oleh kelompok Gramedia : Elexmedia Komputindo. Juga senang menulis puisi Haiku/Senryu di Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Biarkan Asa Membara

1 Juni 2022   07:33 Diperbarui: 1 Juni 2022   07:35 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gunungan Wayang  -  Dokpri besubroto

Kala gunung berapi membara, pasti didahului dengan tanda-tanda. Marabahaya itu tidak datang tiba-tiba. Isyarat dapat dibaca secara cermat. Namun tak banyak yang sempat.

Biasanya ada tanda " ontran-ontran". Gelembung isyarat membubung  samar, ringan menembus awan. Tanda kebakaran pun mulai terendus, bagi pengamat yang peka rasa.

Kala gunung mulai membara penghuninya mestinya bertambah waspada. Jika mencari selamat, tiada kata yang terlambat. Sering hilang terlumat bermandikan hujan lebat emosi yang terkesan nikmat.

Jika gunung emosi meletup-letup, itu  tanda darurat hidup. Biasanya bermandikan  gelap, letih, serta lelah. Muncullah kosa kata siksa,  saat masih hidup hingga tiada.

Membasuh suratan nasib, mesti mampu sedikit mengungkap tanda rahasia. Akan bertunas bibit kecintaan, yang mampu mewaspadai hasrat buta.

Asa itu bisa saja berdaya guna. Saat sedang dingin, atau membara. Tak seperti gunungan wayang, yang lebih bermakna sebagai lambang saja.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun