Hanya sebentar hinggap, sejenak sekawanan burung melintas di dekat jembatan. Suasana pagi masih tenang. Belum berubah seperti pasar, yang bergaung oleh gema tawar menawar.
Sulit rasanya menggubah syair lagu. Suasana hati mengharu biru. Jembatan yang diam itu menjadi saksi, betapa mendesaknya mencairkan kebekuan rasa. Mungkinkah tertindih oleh gema gesekan antar dahan?
Rancangan nada rindu ke hulu itu terbawa terbang. Gaung dengungnya terkesan mencermelangkan bulu-bulu. Berhias bias mentari, mengkilat berkilau, di antara belantara kicau.
Diam-diam melintas rasa cemburu. Di ladang persemaian yang dulu. Selalu dilewati saat pulang ke sarang kenang. Kembali mengingat senang yang menggenang.
Sehari dua hari, sarang kelahiran itu ramai dengan genangan senang. Hilang semua rasa lelah. Ke depan lebih bersemangat lagi untuk berbenah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H