Ombak datang sejenak, tetapi dahsyat, menggulung lumat. Ku terkesiap, hanya sekejap, kenangan indah lenyap. Berkejahatan, kecil maupun besar, berdampak kekal.Â
Pantai pun terluka, pasir bertebar, mencoba tegar. Sedih di situ, hati sangatlah pilu, hanya menunggu. Siapa tahu, badai kan mereda, sembuhkan luka.
Tawa dan kata-kata, selalu ada, setiap pesta. Tidak siaga, datang malapetaka, Â yang tiba-tiba. Itu bencana, melumatkan segala, tanpa tersisa.
"Eling kanthi waspada", sangatlah sulit, untuk dicerna. Kewaspadaan itu, tetaplah perlu, ingat selalu.
Digoyang riang, lalu mabuk kepayang, lupa pegangan. Terombang-ambing, dan dihempaskan angin, begitu sering.
Siapa bilang, musibah itu indah, tak perlu gundah. Pedih perih prihatin, sangatlah mungkin, picu prihatin.
Memanglah benar, tanah nemiliki kita, "nos habebit humus"Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H