Lampu taman malam ini tiba-tiba padam. Seolah menyediakan suasana untuk berbincang. Curhat katarsis tentang pentingnya gelap terang, muram atau senang.
Kedamaian itu seperti merpati sedang terbang. Dipandu oleh kepak kebebasan, yang baru saja lepas dari belenggu pembenaran.
Ketika mereka melintas di bibir laut, tak sedikit pun tercermin rasa kalut. Tetap bertanya dangkal-dangkal saja. Tidak mendalam menyelami hakikat kehidupan. Seperti siang mempertanyakan keberadaan malam, dan sebaliknya. Terang dan kelam itu bagian dari harmoni kehidupan.
Cahaya lampu, selamanya tetap memesona. Seperti kesan bayi, saat dijaga sang ibu sambil bekerja malam.Â
Di keremangan malam itu, gurat perjuangan ibu berada di tepi sedih dan senang. Kita bebas untuk berkesan, apakah gurat wajah ibu kita dulu itu sebagai kesedihan atau kebahagiaan ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H