Panas mentari dan basah hujan, berdesingan seperti peluru. Teriknya membakar pandang. Jika ditinggal tidur sejenak, ada secuil sisa ceria. Saat bayang senja memanjang, ingin berkemas untuk tidur malam.
Besuk pagi, debu kembali beterbangan. Siang sempat tidur sejenak, untuk melegakan kembali napas uzur.
Segala sesuatu hakikatnya bersasaran. Seperti bola yang dilambungkan, diupayakan masuk ke lingkaran. Nantinya pasti ada kekalahan atau kemenangan.
Jika salah bergaul, sasaran menjadi tumpul. Lalu meratap lama, menghilang kesadaran. Seperti hidup di tengah-tengah musuh, hati selalu saja khawatir keruh.
Bersasaran itu mirip lomba memasukkan bola yang tak berkesudahan. Mengejar kekayaan dan kehormatan, sok-sok masih ingat tentang ketidakpantasan.
Berjalan sendiri kadang lebih melegakan pikiran. Masih sadar ketika diposisikan hanya sebagai pelengkap penderitaan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI