Banyak yang lebih suka bayangan. Semakin samar dilihat, khayal kan memekat. Sulit nian membedakan itu dengan hakikat kenyataan.
Dalam keadaan transparan remang-remang, kan memicu apa yang sedang dipikirkan. Ada yang melihat itu kesunyian yang lembut. Ia sedang memeluk dan menggenggam angan yang ditawan agar tidak terbang.
Dalam kebebasan berkhayal itu, hiruk pikuk ditekuk, diajak memeluk ketenangan. Bebas dari iri dengki, dendam terpendam dalam, yang ditaklukkan untuk kemuliaan hati sehari-hari.
Pabila kata telanjur terpenjara lama, berbicara pun nglantur ke mana-mana. Terlebih bila jadi olah hujatan, yang diaku mewakili yang Maha.Â
Hari baru sebenarnya tersedia, agar hidup lebih bermakna. Impian diupayakan menjadi kenyataan. Seperti mengkhayal keindahan lekuk kaki, bak batang padi yang sedang berisi.
Kadang kita ingin mengutuhkan persepsi pandang, agar tertuntun dalam proses pendalaman penghayatan. Damai sejati itu sebenarnya penuh dengan upaya yang menenteramkan hati.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H