Berlindung di rimbunmu, hati tenteram, tiada jemu. Dari celahnya, cahaya sibak rasa, tembus ke dada. Garis misteri, mulailah menebal, di dasar hati.
Berbuat salah, sangat manusiawi, terulang lagi. Dari ranting tertentu, dipahamilah, desahnya salah. Saat bermuka merah, sulit tuk pasrah, bermula salah.
Menjadi ada, berlangsung penuh rasa, agar berguna.
Rimbun di hati, seperti daun-daun, musim berganti. Di saat semi, lalu gugur kembali, siklus mandiri. Komitmen ini, selalu ditepati, tak ingkar janji.
Ajaran senja, semua kan berakhir, begitu indah. Akar sejati, slalu bereksistensi, jauhi iri.
Iri berpanas hati, cemburu sirik, sangat tak baik. Hati bergerak, berlebihan emosi, rugi sendiri.Â
Di kerimbunan hati, aku berlindung, di saat murung. Kikis kecemburuan, kering di daun, menguning rapuh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H