Aku suka keliaran yang sangat indah. Bunga liar misalnya, enggan berkabar saat hati sedang tidak bersahabat menuju sabar. Hingga kesalehan di kehidupan ini menjadi kurang terpancar.
Bunga liar tak mau mencari-cari lagi sumber wangi aroma. Ia percaya, itu sudah melekat di mana pun mereka berada. Tak perlu mengada-ada hanya biar dikira.
Mereka paham, bahwa pertautan hati tak akan pernah menjadi sempurna. Walau disediakan ruang untuk menampung segala sakit hati dan lara.
Di sekitar rumah, tumbuh bunga liar. Mereka tak masuk menjadi koleksi para pemerhati. Walau selalu riang, siapa mau mendengarkan dendangnya ?
Saat akan diabadikan mereka menurut apa adanya. Daun tak perlu dimengkilatkan. Bunga dibiarkan apa adanya. Mengapa harus disemprot-semprot juga ?
Keindahan itu bersumber dari mata, lalu turun ke hati. Jika diayun-ayun setinggi apa pun, selalu ada dinamika. Tapi sesungguhnya ia tetap statis di tempatnya dulu berada.
Senyuman berdua, semoga tidak hanya basa basi belaka. Cinta bunga sederhana pun dapat menyebabkan luka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H