Bertepuk-tepuk, di kesunyian alam, dentingkan hiruk. Kesendirian, seperti angin lelah, lirih berdesah. Hingga ke mana, ia nanti berlari, denyutnya pergi.
Lama merenung, namun bertambah bingung, syairnya dengung. Sedang mengambang, di atas pusarannya, berteman cinta.
Pagi di timur, memeluk kelembutan, embun berjemur. Sedang menyapa jiwa, lembut sekali, tidak terasa.
Apa memaksa hadir, angin semilir, hanyut menghilir. Lilitan lembut lemah, memicu gundah, membuta arah.
Mari berkontemplasi, sejenak saja, agar mengerti. Lalu menjadi rambu, saat menikung, di lintasanMu. Berhati-hati, melihat marka jalan, berharap aman.
Tanpa emosi, kendarai haiku, semakin syahdu. Suasana itulah, jernihkan pikir, segan berulah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H