Mengejar bayang-bayang, memerlukan napas panjang. Sulit dikendalikan, kadang tinggi melayang, sering jatuh berkepanjangan. Refleksi fakta itu bisa nyata, tapi lebih banyak semunya.
Kucing yang diam, terkesan tidak memaling. Refleksi bayangnya tergantung yang mengesani. Itu pengaruh permainan cahaya. Antara gelap dan terang, persepsi menjadi ganda.
Kesan sedih, atau kesan riang tak ditentukan hanya oleh dendang. Dalam diam, momentum ditunggu, agar pengalaman batiniah itu mampu berdentum.
Apakah kita masih mampu belajar dari penderitaan ? Karena lebih banyak merasakan kegembiraan, penderitaan lalu dihindari dengan berbagai alasan.
Bayangan senang itu lebih menawan. Selalu diinginkan, tinimbang hidup penuh penderitaan.
Musuh abadi kita adalah niat jahat. Mereka selalu membuntuti dalam terang dan gelap.Â
Sinar rembulan, rumpun bambu, dan senyuman kucing semuanya baik, selama tidak menyembunyikan niat jahat. Dari sononya, niat itu sering tertutup sangat rapat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H