Dari kejauhan, masih tertangkap keheningan air. Dipangku senja hari, masih tersisa anak hujan yang bermain meliar-liar.
Deras hujan semalam terasa magis. Ia meneteskan jerit yang memekik sedikit. Menjelang subuh, berubah menjadi gigil dan ngilu. Menitiklah, silakan membanjiri gelap malam yang telah lepas dari risau.
Embun masih ada. Mereka bertemu dengan ibu hujan. Inginnya mengingatkan bahwa embun telah menghilang, tergantikan dengan himpunan kekhawatiran yang menggunung.
Hujan, jauhkan kami dari ketakutan. Dalam keadaan yang mencekam, kami masih butuh keberanian yang bebas dari kesemuan.Â
Dalam ketenangan yang berpengharapan, ku ingin kekuatan baik berpihak. "Ing katentreman lan pangarep-arep, bakal dumadi kekuatan kang sejati". Saat dipeluk ketenangan dan pengharapan, di situlah kekuatan jiwa terbangun. "In silentio et spe fortitude mea"
Dengan binar mata kebijakan, terlihat gairah merona. Tak elok jika mudah melarikan diri, sebelum malam berganti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H