Mohon tunggu...
Bambang Subroto
Bambang Subroto Mohon Tunggu... Lainnya - Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Pensiunan Badan Usaha Milik Negara, alumni Fakultas Sosial & Politik UGM tahun 1977. Hobi antara lain menulis. Pernah menulis antara lain 2 judul buku, yang diterbitkan oleh kelompok Gramedia : Elexmedia Komputindo. Juga senang menulis puisi Haiku/Senryu di Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kembang Bebas Merona

30 Maret 2022   03:39 Diperbarui: 30 Maret 2022   03:45 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam siklus warna, merah datang pada waktunya. Terlahir di kehijauan, menyala, redup menguning, menyongsong tiada.

Ketika muda, merah paling bahagia dipeluk bumi. Pipi ranumnya, sangat mudah dikenali. Sering dikira sedang suka di hati, tapi yang tersembunyi adalah sisa pilu yang tersesat di padang kebingungan.

Walau terpencil, merah mudah dikenali. Ia paham pergerakan angin. Sebentar mendekat lalu menjauh dari awan. Jika hama datang, tentu dimaklumi, mereka sedang kelaparan.

Bunga warna merah, bukan penjamin aroma lebih wangi. Ia hanyalah penanda, menguatkan nuansa rasa. Merah itu selalu ada.

Jika ingin rasa bebas, mereka mencari celah. "Seneng uga menawa kalamangsa diumbar". Terbebas lepas sementara saja. "Dulce est desipere in loco".

Kembang bebas merona. Terbalut indah dengan lapisan cahaya. Mampu bergerak dalam posisi yang pas, mengenal bentuk, serta paham potensi.  Angannya tidak pernah tinggal diam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun