Haru abu-abu, menghampiri gairah hari minggu. Selama masih mampu meniup jiwa, harapan pun berpijar. Terpanggil tanpa memilih, jika mengajak mulia, disambut riang ria.
Semua saja. Dari orang biasa hingga para pesohor ternama. Tak lagi disekat oleh tanda jasa. Itu hanyalah pengakuan antar manusia saja.
Haru abu-abu, menghampiri hari minggu. Senantiasa membuntuti, ke mana pun hendak pergi.
Di kala hendak berbohong, harus terampil beromong kosong. Ingatan lalu, wajib  dikuatkan. Agar kebohongannya tidak terbongkar dengan cepat. "Goroh kuwi kudu kuwat pangeling-elinge". Kalau lemah ingatan, akan segera terbongkar dustanya. Ujungnya lalu tidak dipercaya lagi. "Mendacem memorem esse oportere".
Kata pun sangat mungkin menjadi abu-abu. Tidak begitu gelap, tapi juga tidak terlalu terang. Jika dijadikan area permainan, batasnya sangat mungkin dikaburkan.Â
Perilaku abu-abu, penyebab hidup semakin licin "lunyu". Ibarat belut, jika ditangkap tangan, selalu mudah lepas "mrucut".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H