Mohon tunggu...
Bambang Subroto
Bambang Subroto Mohon Tunggu... Lainnya - Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Pensiunan Badan Usaha Milik Negara, alumni Fakultas Sosial & Politik UGM tahun 1977. Hobi antara lain menulis. Pernah menulis antara lain 2 judul buku, yang diterbitkan oleh kelompok Gramedia : Elexmedia Komputindo. Juga senang menulis puisi Haiku/Senryu di Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Berada di Ketinggian Iri Hati

26 Maret 2022   07:11 Diperbarui: 26 Maret 2022   07:14 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo karya Fernando Taborda tahun 1954 - Berdasar twitter Lisandru

Jembatan terkesan makin meninggi. Ia menyimpan sesuatu di antara kemarin dan esok. Hari ini, dari ketinggian, ia melihat ke bawah. Lalu terbayang kisah lalu yang telanjur memanjang.

Kubiarkan saja. Apa hendak di kata. Bayangan itu pastilah tidak bernyawa. Tapi jika mau melukis mata, silakan saja. Atau diberi bayang pelukan tangan, siapa yang larang.

Jembatan itu bergerak meninggi. Ia cermat mengamati apa gerangan yang terjadi. 

Semakin berada di ketinggian, iri hati pun menjulang. Seakan sedang di daerah buta, lalu menerka seenaknya saja. 

"Caeca invidia, iri iku wuta". Iri hati itu buta. Lalu merasa jadi angin. Meniupkannya dari ketinggian jembatan, dengan target memporakporandakan objek yang diirikan. 

Iri berpanas hati, seperti peternakan dengki. Mengembangkan rasa cemburu yang tidak perlu, memperlakukan orang lain sebagai musuh "satru".

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun