Kupandang gurat daun. Bergaris seperti angan yang sedang melata. Mengkilat isyarat cahayanya terserap lenyap, di dataran alam luas.
Di pelukan kabut tebal yang menyelimuti, berbekas nafsu yang dulu pernah melintas. Jejaknya terlihat jelas berbatu padas.
Di celah bebatuan yang mulai "mawur" itu ada suara tangis lirih yang hanya dipersembahkan untuk diri sendiri. Lamat-lamat hilang di kegaiban kesadaran yang terlalu dalam.
Daun pun pelan-pelan dituntun untuk mulai insaf dalam menggapai makna kehidupan. Tersadar terhadap fungsi penangkap sinar mentari menjadi enerji.
Kesadaran daun menjalar menjadi kesadaran pohon. Ia menyatukan pikiran dan perasaan. Emosi dengan hasrat. Batang dengan akar. Lalu makin menggilapkan hijau daun itu.
Jika dipandang lama, gurat daun itu semakin terlihat hijau. Cermin kilaunya menyimpan cahaya mentari. Pelan tapi pasti akan menggapai kelestarian alami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H