Percaya saja, jiwa diam kita masing-masing mampu bersuara. Lalu menumbuhkan kesadaran, bahwa kesabaran itu pasti berbatas.
Sangatlah benar, sejauh bangau terbang, pasti masih teringat jalan pulang.
Puisi jiwa sepi, semoga masih mampu berdetak. Tidak hanya termenung, yang hanya akan memanen bingung.
Kala kita bertemu di kota lama dulu, banyak khasanah "bungah" atau pun susah. Kenangan lama menggenang jernih. Jika bercermin di situ, masih saja dipeluk hangat rindu.
Berdua masih sadar, berikrar untuk tidak saling benci. Tapi terkadang masih saja terjadi. Jika berlama-lama, justru akan merusak hati.
Saatnya menyatukan kata. Rasa bangga jangan sampai memihak diri sendiri. Suka berdusta, dan mengatakan bahwa berbohong itu boleh-boleh saja.
Jika masih berkeinginan memuliakan cinta, sebaiknya kita awali lagi dari pertama. Cinta memang ada bosannya, tapi jangan sampai memudarkannya. Puisi jiwa sepi, suatu saat pasti akan melintasi tepi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI