Alang-alangku, cobalah tuk menangis, temani aku. Di malam minggu, terasa sedih, tak ada yang menunggu. Aku atau kamu, sedang bersedih, kalut melulu.
Di senja ini, angin terlalu kencang, membawa kenang. Kenang yang sangat indah, namun sendiri, bertambah sunyi. Tidak mengapa, semua sementara, bersabar saja.
Aliran angin, amat kencang meniup, aduk berdegup. Lalu terbawa, ke aliran sungai, gerakkan tangan. Ke kiri dan ke kanan, tanda berpisah, kisah pun jedah.
Meski begitu, aku tetap melangkah, sulut gairah.
Kulihat terus, alang-alang yang hanyut, menggoyang kalut. Mengalir cepat, ingin segra berlalu, melupa pilu. Â
Mengenang alang-alang, diam tergenang, cinta terbuang. Semoga tidak lama, sebentar saja, mengasah asa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H