Perang itu mencekam, siap diterkam, berbalas dendam. Sungguhlah mengharukan, ibu dan anak, yang terpisahkan. Seram merinding, takut yang paling, karna terasing.
Merasa berjuang, ingin selalu menang, darah menggenang. "Sapa ta ingsun", inilah aku, pasti mengalahkanmu.
Derita anak-anak, yang terbayangkan, tidaklah enak. Seperti sendok, tak bisa merasakan, pedih pedasnya.
Bermati rasa, merasa jadi payung, terkesan agung. Damai itu, hanya slogan melulu, tunjukkan aku.
Benturkan tembok, itu kiasan, bagi yang bertikai. Kenang sakitnya, dianggap membanggakan, untuk dipajang.
Perkasa itu, kadang seperti lilin, padam nantinya. Bersombong ria, jadi ratu dunia, pun sementara.
Sungguhlah mengharukan, ibu dan anak, yang berpelukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H