Air hulu mengalir, sungai jernih, liku mengular. Di bawah pohon gagah, mengalir air, meluap-luap. Mengguyurkan basahmu, bercampur kabut, turun ke lembah.
Kadang melupa asal, angin bertiup, pergi melayang. Susunan doa, terbang begitu saja, tak tentu rimba.Â
Slalu merasa, Â pemohon jadi lupa, merasa serba. "Oncat" rasa bersyukur, berangsur surut, dan menyangsikan. Kita dipaksa, agar mengaduh, perlahan ikut jatuh.
Bumi tlah tua, pohon juga menua, ingin dijaga. Tersekat di pesona, merasa tua, hilang pesona. Suatu saat, akan saling menyusul, di batas akhir.
Pepohon itu, sering mengharu biru, tampilan gagah. Merasa kokoh, terkesan "bakoh", tak akan pernah roboh.
Lupa bersyukur, pasti kan tersungkur, jika takabur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H