Suasana hatinya, sedang berawan, berembun dalam. Saat jumpa terakhir, ada firasat, yang sangat berat. Menatap lama, mata tidak berkedip, menembus dada.
Jika kelak bertemu, masihkah kau, mengenaliku? Cerita lama, tiupkan napas jiwa, sangat terasa. Masih tersisa, manisnya coklat, melekat hangat erat. Hanya ingin bertanya, maukah kau, menyambung cinta ?
Putus hanyalah jeda, kala tersambung, mengundang ria. Pikiran terbang, apakah salah dia, dahulu kala.
Akui salah, ternyata susah, menyangkut harga diri. Itulah gengsi, pamor martabat, impresif prestisius. Ia membius, hubungan kita, hingga terbawa arus.
Bergentayangan, ikuti angan-angan, terbang menghilang. Cinta yang kental, warnai intuisi, lama sekali.
Tanda dukamu, hangatkan air mata, menitik lama. Gelap membelantara, janganlah lama, ungkapkan rasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H