Mohon tunggu...
Bambang Subroto
Bambang Subroto Mohon Tunggu... Lainnya - Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Pensiunan Badan Usaha Milik Negara, alumni Fakultas Sosial & Politik UGM tahun 1977. Hobi antara lain menulis. Pernah menulis antara lain 2 judul buku, yang diterbitkan oleh kelompok Gramedia : Elexmedia Komputindo. Juga senang menulis puisi Haiku/Senryu di Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Semar Sukar Disemir

5 Februari 2022   16:40 Diperbarui: 5 Februari 2022   16:46 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Semar"  -  Wayang kulit, koleksi pribadi besubroto

Semir menyemir, menjadi kelaziman, yang belum lekang. Rambut sepatu, agar lebih menawan, disemir slalu.

Dikenal pula, budaya semir, mirip gratifikasi. Jika tidak "disemir", ada saja alasan, tak dikerjakan.

Semar sukar disemir, rambut kuncungnya putih, sedari dulu. Semar adalah, dewa pengabdi, setia ke Pandawa.

Menurut Semar, penguasa yang jahat, sulit dididik. Semenjak calon, gelagatnya tak baik, bukan pengabdi. Menjadi penguasa, suka memaksa, akan lalim nantinya.

Jika mengamuk, kemabukan nafasnya, gelombang garang. Bunga dipaksa hormat, mabuk katanya, mabuk napasnya.

Semar alergi, melihat kepongahan, siapa saja. Selaku dewa, ia menebar cinta, tak kenal kasta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun