Semir menyemir, menjadi kelaziman, yang belum lekang. Rambut sepatu, agar lebih menawan, disemir slalu.
Dikenal pula, budaya semir, mirip gratifikasi. Jika tidak "disemir", ada saja alasan, tak dikerjakan.
Semar sukar disemir, rambut kuncungnya putih, sedari dulu. Semar adalah, dewa pengabdi, setia ke Pandawa.
Menurut Semar, penguasa yang jahat, sulit dididik. Semenjak calon, gelagatnya tak baik, bukan pengabdi. Menjadi penguasa, suka memaksa, akan lalim nantinya.
Jika mengamuk, kemabukan nafasnya, gelombang garang. Bunga dipaksa hormat, mabuk katanya, mabuk napasnya.
Semar alergi, melihat kepongahan, siapa saja. Selaku dewa, ia menebar cinta, tak kenal kasta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H