Dialog kursi, di jendela terbuka, bertukar hati. Terkadang dingin, lalu menghangat lagi, tergantung musim. Tlah kenyang asam garam, saksi ambisi, terbakar api. Berebut tulang, kadang tidak berdaging, terbayang nyam-nyam. Jika tlah jadi, duduk di kursi, sebelum lupa diri.
Sukses ditakar, mirip aroma wangi, terasa lembut. Sebelum itu, matahari dibakar, asa berkobar. Kadang melembut, meniru angin laut, yang tidak kalut.
Lupa arti dialog, kesepahaman, menuju nyaman. Tapi ternyata, hanyalah debu, menyelimuti gunung. Persis seperti, tuang air ke laut, mubazir saja.
Kata-kata pun kuna, diulang-ulang, maknanya terbang.
Kursi-kursi terdiam, bersaksi bisu, walau tahu. Di kala diduduki, semakin paham, makna ambisi.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI