Semuanya berbatas, di garis itu, kita berhenti. Bisa beristirahat, sejenak saja, dan selamanya. Semua mau, berpanjang-panjang umur, hindari debur.
Hidup dan kematian, selalu ada, bereksistensi. Di balik makna, inti hakikat, sering kabur terlihat.
Di padang kebingungan, ingin berjalan, tanpa halangan. Tapi tak tahu, kenapa tutup mata, seperti buta. Pura-pura saja, lebih nyaman, tinimbang buta beneran.Â
Buta hatikah ?, kala nurani, bisu sama sekali. Terdiam dan terpejam, bila sekitar, gempa bergetar. Dan kemudian, pesta pora terdengar, berhingar bingar.
Semuanya berbatas, di batas itu, kita berhenti. Akankah menerabas, jika tak pantas, luka membekas.
Cintai Tuhan, semakin sadar batas, hidup melintas. Kalau tidak, istana pasir itu, meluluh lantak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H