Adakah ikhlas, bukan wacana, praktik di alam nyata ? Sering disebut, ngaku mempraktikkannya, merasa bisa.
Tulus dan sukarela, berintegritas, kredibilitas. Itu semua, berbuah keikhlasan, bukan omongan.
Di alam bebas, burung pun terbang, pagi-pagi sekali. Mencari mangsa, dari ranting ke ranting, laparnya kering.Â
Bertemu anak semut, putih dan imut, berbaris-baris. Di pagi itu, mereka musnah, jadi santapan mewah.
Kata Sang Burung, semut pun ikhlas, jadi santapan pagi.
Makan segala, yang menghalalkan cara, sudah biasa. Mereka itu, tergolong mampu, jadi orang berada. Sesuka-suka, karna memang berpunya, apa pun bisa.
Bagi si korban, ikhlas bermakna pasrah, selalu kalah. Hadapi kepongahan, tak bisa tidak, menjadi korban.
Kita perlu meloncat, memaknai ikhlas, untuk semua.