Dustamu makin rimbun, di hutan kata, belukar makna. Runcing di kata, terjal serta bahaya, dendam menajam. Gemetar tangan, kata diulang-ulang, debur meluncur.
Hari kemarin, masih tersisa ingin, jernihkan makna. Tapi apa dayanya, silang sengketa, tak reda juga. Aku ke barat, kau malah ke timur, berdebur-debur.
Terkesan dulu, rimbun kesabaranmu, tiada celah. Senyum merebak, tiada pernah lelah, menemaniku.
Inikah kontribusi ?, bermurah hati, setiap hari. Luangkan waktu, berperhatian penuh, demi seorang. Ia terpenting, lezat seperti es krim, tak kan berpaling. Pintar mengeja kata, indah jadi kalimat, slalu terhormat.
"Rasa menjadi penting", eksistensinya, tidak mendua. Sejati cinta, terfokus satu orang, tak diduakan.
Perhatian yang tulus, kado terbesar, didamba orang. Jangan berakal bulus, tipu diriku, walau halus.
Hanya kredibilitas, jaminan tulus, ke arah lurus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H