Mohon tunggu...
Bambang Subroto
Bambang Subroto Mohon Tunggu... Lainnya - Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Pensiunan Badan Usaha Milik Negara, alumni Fakultas Sosial & Politik UGM tahun 1977. Hobi antara lain menulis. Pernah menulis antara lain 2 judul buku, yang diterbitkan oleh kelompok Gramedia : Elexmedia Komputindo. Juga senang menulis puisi Haiku/Senryu di Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Diam yang Menerangi

22 Desember 2021   04:33 Diperbarui: 22 Desember 2021   04:47 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sedari siang, hujan tak terang, lampu mati giliran. Hujan tak henti, berhari-hari, seperti kota mati. Nuansa gelap, tersamarlah suara, sunyi dan senyap.

Menjelang malam, kembali terang, lampu menyala riang.

Akibat hujan, listrik pun diamankan, dari gangguan. 

Malam pun datang, kembali berpendaran, berlomba terang. Ingin jadi juara, tak terkalahkan, lampu andalan.

Terkadang dibutuhkan, kesunyian emas, diam yang terang. Kebisingan yang sangat, berkoar-koar, panas menyengat. Jadi panutan, wajib beri teladan, dalam ucapan.

Berkata sopan, itu ukuran, beri keteladanan. Jika tak bisa, janganlah berbicara, mengatas nama. Awam kan menilai, integritasnya, penuh kotoran.

Beruntung saja, lampu tak berwacana, dalam hidupnya. Dalam diamnya, mereka menerangi, tak sebar benci.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun