Mohon tunggu...
Bambang Subroto
Bambang Subroto Mohon Tunggu... Lainnya - Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Pensiunan Badan Usaha Milik Negara, alumni Fakultas Sosial & Politik UGM tahun 1977. Hobi antara lain menulis. Pernah menulis antara lain 2 judul buku, yang diterbitkan oleh kelompok Gramedia : Elexmedia Komputindo. Juga senang menulis puisi Haiku/Senryu di Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Memasyarakatkan Badut

21 Desember 2021   09:03 Diperbarui: 21 Desember 2021   09:07 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Clown" 1972  - Wayne Thiebaud

Di perempatan jalan, lampu setopan, berjoged riang. Dangdut musiknya, dan bergoyang pinggulnya, ikut irama.

Badut sedang beraksi, percaya diri, sedari pagi. Jika diberi, gestur tubuhnya senang, membungkuk badan. Badut profesi, seperti dapat gaji, setiap hari.

Tak perlu orasi, wajah sembunyi, penuh misteri. Tak jelas jati diri, tidak peduli, diamnya nyaman.

Berbeda politisi, ia harus orasi, berapi-api. Soal biasa, dibikin genting, viral itu yang penting.

Politikus menghibur, kata menghambur, kadang berdebur. Sering menari, sambil mencaci maki, beroposisi. Bertebal muka, yang penting berbicara, tak ada data.

Riuh rendah membuncah, mencari panggung, benci berdegup.

Nyaman menjadi badut, menari-nari, sesuka hati. Siapa tahu, masih ada simpati, terpilih lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun