Tak berkompromi, hujan deras sekali, setiap senja. Jika pun reda, perut meronta-ronta, lapar terasa.
Merindu iga, dengan kuah cabenya, bangkit selera. Mari ke sana, cukup berdua saja, pilih berbeda.
Selagi lapar, makan dengan segera, tenang terasa. Tapi tak apa, ingin iga pun bisa, selagi ada.
Lapangkan hati, memesan menu ini, benar terbukti. Peluh pun jatuh, bibir panas terbakar, tapi tertakar.
Spesialis iga, sudah lama berkibar, empuk dagingnya. Kutambah kopi, tapi gula dipisah, ukur sendiri.
Gelisah hati, datang tidak diundang, lapar berdendang. "Ku tidak mabuk nafsu", rasakan lapar, tidak serakah.
Merindu iga, lalu mewujudkannya, syukur terasa. Tiada dusta, menu dan rasa padu, kangen berlalu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI