Di ruang gelap sempit. Rayap-rayap terjepit. Badannya kecil, giginya tajam. Masuk ke rongga kayu, luka menghunjam.
Mencari makan memang begitu. Nikmati rizki sekali-kali. "Itu biasa saja", kata mereka.
Di ruang gelap sempit, pandang terkungkung. Walau mendung tak jadi soal. Menunggu saat, untuk merayap dengan tegap.
Kata pun bisa sabar. Walau hanya seorang yang paham, itu sudah lumayan. Banyak yang bingung memburu makna, terkungkung jadi ilusi membubung.
Di ruang gelap sempit, bising suara benci bercericit. Sebentar ramai, sebentar hilang. Tergantung yang menggalang.
Ruang sempit makin menyempit. Hanya untuk kita, bukan untuk mereka.
Alam sangatlah terbuka. Hidup harmonis dalam keadaan beraneka. Boleh berdiam diri, boleh juga menjelajah bersepeda. Jika penat, beristirahat sejenak mengeringkan keringat. Dunia pun terasa makin lega.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H