Kucinta sangat. Alam pun beri semangat. Dengan keindahannya, dengan kerinduannya.
Belahan bukit itu. memesona, tanpa harus merayu. Mereka riang menemanimu.
Kucinta sangat. Selalu terus memompa harus. Tanpa gejolak arus. Bersyukurlah masih diberi jalan lurus-lurus.
Alam mencintai kita. Tanpa membedakan miskin dan kaya. Gunung terbelah indah. Hamparan merekah, selalu bermandikan gairah.
Musim kemarau saat ini pendek. Hujan kepagian merintik ritmis. Rindu embun di mengkilat daun.
Alam mencintai kita. Tak pernah berkeluh saat memeluk duka. Luka baru, luka lama, tiada beda. Dirawat dengan penuh suka.
Mari bersyukur dahulu. Ingat saat pandemi. Mentari menghangati, menyayangi. Berbisik agar hidup itu bergairah. Walau hati sedang dilanda resah.
Bersyukur kini. Saat pandemi hampir berlalu. Pagi hari langit biru. Bunga bermekaran, tak mudah layu.
"Nandur kabecikan" tak mengenal musim. Bertanam kebaikan kini, yang memanen generasi nanti. Itu karena cinta alam abadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H