Hari ini ada yang meminta saya menulis kisah romantis. Karena kehidupan sudah lebih berganti menjadi realistis, permintaan itu berat juga. Demi kepuasan pelanggan, ada baiknya dicoba saja.
Sewaktu masih muda belia, ngomong cinta itu enteng adanya. Malah cenderung diobral, turun harga.
"Cinta tak memberikan apa-apa, kecuali dirinya sendiri. Dan tidak pernah mengambil apa pun, kecuali dirinya sendiri. Cinta tidak pernah memiliki. Pun tidak berkeinginan dimiliki. Karena cinta itu telah berkelimpahan oleh cinta", itu kata Kahlil Gibran.
Bagi saya, cerita romantis itu ya berkisar kisah tentang cinta.
Cinta adalah samudera luas. Bisa dengan pasangan dan anak cucu, atau dengan saudara "sak kringkelan", atau dengan sahabat sejati kita. Bila suatu saat harus berhenti mencintai karena berbagai sebab, maka : "Mereka akan berlipat kebahagiaannya apabila tersedia rasa ikhlas untuk melepaskannya".
Cinta tidak melulu bicara soal ekspresi. Mungkin saja seumur-umur tidak pernah mengucapkan ucapan gombal itu. Siapa tahu, diam-diam sebenarnya kita enggan berpisah dengan pasangan kita. Mungkin inilah malah termasuk definisi cinta sejati.
Menurut saya, cinta romantis itu justru bermuatan motif egois. Tidak pernah ikhlas untuk bertenggang rasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H