Mohon tunggu...
Bambang Subroto
Bambang Subroto Mohon Tunggu... Lainnya - Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Pensiunan Badan Usaha Milik Negara, alumni Fakultas Sosial & Politik UGM tahun 1977. Hobi antara lain menulis. Pernah menulis antara lain 2 judul buku, yang diterbitkan oleh kelompok Gramedia : Elexmedia Komputindo. Juga senang menulis puisi Haiku/Senryu di Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Indonesia Pasti Raya

21 Mei 2021   13:07 Diperbarui: 21 Mei 2021   13:53 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lagu Indonesia Raya diperdengarkan untuk pertama kalinya, pada saat Konggres Pemuda Indonesia, tanggal 28 Oktober 1928. Jauh hari sebelum Indonesia merdeka.

Baru-baru ini Sultan Hamengku Buwono ke X menginstruksikan agar lagu kebangsaan tersebut di putar setiap hari di wilayah DIY. Serupa dengan yang dilakukan di Thailand. Di sana malah dua kali dalam sehari.

Meningkatkan kecintaan terhadap tanah air bisa dilakukan dengan berbagai cara.

Indonesia Raya pernah menggentarkan Belanda, di masa penjajahan dulu. Padahal lagu itu tercipta di gang sempit Salemba Jakarta. Karena mereka takut istilah "merdeka", untuk sementara Supratman pun menggantikannya dengan istilah"mulia". Indonesia mulia, tidak terlalu berisiko dibanding dengan Indonesia Raya.

Sampai hari ini pertempuran isme di berbagai belahan dunia tidak habis-habis. Topiknya tetap, ideologi mana yang ingin menjadi pemenang dalam perebutan pengaruh.

Apa yang terjadi di Jogjakarta maupun di Thailand merupakan upaya untuk lebih mengutamakan kebaikan ideologi sendiri. Semangat nasionalisme dalam batas wajar, perlu diusahakan agar tetap berkobar. Jangan sampai mengulang pengalaman tentang kebangkitan nasionalisme dunia  di abad 19 silam yang dinilai terlalu berlebih-lebihan.

Delapan tahun sebelum Indonesia merdeka, WR Supratman meninggal dunia, dan dimakamkan di Surabaya. Tapi karyanya tetap menggelorakan semangat nasionalisme hingga kini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun