Lagu Indonesia Raya diperdengarkan untuk pertama kalinya, pada saat Konggres Pemuda Indonesia, tanggal 28 Oktober 1928. Jauh hari sebelum Indonesia merdeka.
Baru-baru ini Sultan Hamengku Buwono ke X menginstruksikan agar lagu kebangsaan tersebut di putar setiap hari di wilayah DIY. Serupa dengan yang dilakukan di Thailand. Di sana malah dua kali dalam sehari.
Meningkatkan kecintaan terhadap tanah air bisa dilakukan dengan berbagai cara.
Indonesia Raya pernah menggentarkan Belanda, di masa penjajahan dulu. Padahal lagu itu tercipta di gang sempit Salemba Jakarta. Karena mereka takut istilah "merdeka", untuk sementara Supratman pun menggantikannya dengan istilah"mulia". Indonesia mulia, tidak terlalu berisiko dibanding dengan Indonesia Raya.
Sampai hari ini pertempuran isme di berbagai belahan dunia tidak habis-habis. Topiknya tetap, ideologi mana yang ingin menjadi pemenang dalam perebutan pengaruh.
Apa yang terjadi di Jogjakarta maupun di Thailand merupakan upaya untuk lebih mengutamakan kebaikan ideologi sendiri. Semangat nasionalisme dalam batas wajar, perlu diusahakan agar tetap berkobar. Jangan sampai mengulang pengalaman tentang kebangkitan nasionalisme dunia  di abad 19 silam yang dinilai terlalu berlebih-lebihan.
Delapan tahun sebelum Indonesia merdeka, WR Supratman meninggal dunia, dan dimakamkan di Surabaya. Tapi karyanya tetap menggelorakan semangat nasionalisme hingga kini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H