Mohon tunggu...
Bambang Subroto
Bambang Subroto Mohon Tunggu... Lainnya - Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Pensiunan Badan Usaha Milik Negara, alumni Fakultas Sosial & Politik UGM tahun 1977. Hobi antara lain menulis. Pernah menulis antara lain 2 judul buku, yang diterbitkan oleh kelompok Gramedia : Elexmedia Komputindo. Juga senang menulis puisi Haiku/Senryu di Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sulitnya Menjadi Orang yang Humanis

15 Mei 2021   16:00 Diperbarui: 15 Mei 2021   16:15 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Humanitas selalu melekat erat dengan perikemanusiaan. Secara spesifik, Pancasila merumuskannya sebagai Perikemanusiaan yang Adil dan Beradab. Sangat berat untuk menjadi adil. Kita harus mampu bertindak : selayaknya, semestinya, sepantasnya, sepatutnya, dan sewajarnya. Sedangkan pengertian beradab, mampu berpedoman pada budi pekerti, yang dijadikan pandangan hidup atau ideologi.

Menjadi humanis termasuk sulit. Kita sulit menolak ketika mulai dimasukkan ke kotak sempit. "Aku bukan kelompokmu, kelompokmu bukanlah aku". Itu slogan yang sering terdengar.

Politik identitas memang berseberangan dengan humanisme. Apalagi ketika keguyuban atau kerukunan malah dikesani sebagai konsep yang mengada-ada.

Masyarakat yang dikotak-kotakkan tentu hanyalah dampak dari praktik politik identitas yang semakin marak. Asalkan tidak menjadi pemicu penyakit sosial, sebenarnya wajar-wajar saja. Tapi kalau dimanfaatkan untuk berkonflik sosial horisontal, tentu tidak pada tempatnya. Keguyuban atau kerukunan selalu mengedepankan sisi humanisme.

Sulit rasanya menjadi orang yang humanis. Walau semua mengerti bahwa manusia tidak bisa digeser perannya sebagai subjek terpenting dalam menciptakan kedamaian abadi. "Memayu hayuning bawana", adalah semboyan atau sesanti agar dunia damai lestari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun