Berusaha untuk membandingkan, tidak lepas untuk niat agar lebih mampu menghayati kehidupan. Objek yang sama disejajarkan terlebih dahulu. Barulah dicari persamaan dan perbedaannya.
Komparasi itu perlu. Baik untuk objek perorangan atau kebendaan. Dalam hidup yang kompetitif, hal itu lazim saja. Produk ikutannya antara lain : generalisasi dengan mengambil contoh perilaku alam.
Misal : pengamatan tentang angin, yang dijadikan dua jenis. Angin kemerosotan bisa menyengsarakan dan menghempaskan. Sedangkan angin keberuntungan, akan membelai sejuk dalam suasana yang menyenangkan.
Kedua jenis angin itu berbaur, hingga diduga menjadi penyebab kemarahan dan kegembiraan yang menjadi satu.
Perbandingan juga menghasilkan analogi. Ia mengibaratkan atau menamsilkan. Termasuk di sini afinitas dan paritas. Perbandingan juga sering difungsikan untuk menguatkan analogi, bahkan memudahkan dalam pembuatan definisi.
Seperti yang sering diperagakan dalam kehidupan nyata, ada saja yang berlagak seperti singa sewaktu aman damai, tetapi mendadak berubah menjadi kijang di saat perang. "In pace leones, in proelio cervi". Ini sekedar contoh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H