Presiden juga manusia. Pak Harto konon suka sekali thengkleng. Kalau pas ke Solo bersama Ibu Tien, sering mengundang penjual thengkleng ke ndalem Kalitan. Diundang menjelang makan siang, agar nafsu makan dapat dirangsang.
Sejatinya, bahan baku thengkleng itu tulang belulang kambing, yang masih bersisa sedikit daging. Keasyikan dalam menikmatinya khas. Targetnya, tulang itu harus plonthos. Kalau saya lebih terkesan kuahnya. Segar karena penuh rempah.
Jika dibandingkan dengan Soto Tangkar Betawi memang mirip. Soto Tangkar berbahan daging sapi. Kuahnya lebih gurih, karena pengaruh kuah santannya.
Bagaimana kalau thengkleng bersantan ? Silakan saja, mungkin malah menambah kegurihannya.
Di Solo, warung thengkleng menyebar di penjuru kota. Di dekat Pasar Klewer, sudah ada sejak lama. Kalau pas ke jurusan selatan, di batas kota antara Solo dengan Sukoharjo pun ada.Â
Selamat bersih-bersih tulang, sambil membayangkan jadi presiden pun tak apa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H