Menjelang Pemilu atau Pilkada, banyak calon beradu tampan di pohon-pohon. Kaum ibu fanatik banget terhadap calon berwajah tampan. Dengan dasar sedang kasmaran ini, nyoblos dia wajib hukumnya.
Wajah ganteng, disebut flamboyan. Sebagai jenis tanaman, flamboyan melanglang dari Madagaskar. Daunnya kecil halus, mula-mula berwarna merah menyala. Dalam masa berikutnya, malah ada yang berwarna jingga pula.Â
Di belantara perwajahan manusia, flamboyan itu juga bermaksud tampan. Jika menjadi selebritis, berarti gemerlap, hebat, dan megah. Lalu tokoh politik pun meniru. Atau jika tokoh politik itu pernah menjadi artis, ya tinggal meneruskannya.
Banyak tokoh politik yang flamboyan. Wajahnya dijaga agar tetap klimis. Karena melankolis, suka bernyanyi, dan menciptakan lagu. Klepek-klepeknya ibu-ibu bertambah seru.
Para tokoh flamboyan itu tetap mempertahankan kebiasaan lain, yaitu : iming-iming, omong-omong, dan omong kosong.Â
Iming-iming adalah menjanjikan sesuatu yang lebih baik. Omong-omong, suka berunding dan memengaruhi agar visi missinya dimengerti. Lalu setelah jadi, akan ketahuan bahwa sebagian besar yang dijanjikan hanya sekedar omong kosong.
Pengetahuan tentang humaniora atau artes liberales, terkadang masuk ke ranah pengembangan kepribadian. Walau terbungkus motif politik, masih bisa dilihat motif yang berada di balik perilaku manusia itu.
Generasi masa kini pun bisa berperilaku flamboyan. Misal : menjadi anak mami yang borju. Tetapi seperti umumnya suatu generasi, tantangan zaman tidak hanya menjadi generasi flamboyan. Malah sering terjadi, jika memburu ketenaran, di baliknya tersembunyi sesuatu yang tidak dalam kewajaran : "Levis notse macula".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H