Mohon tunggu...
Bambang Subroto
Bambang Subroto Mohon Tunggu... Lainnya - Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Pensiunan Badan Usaha Milik Negara, alumni Fakultas Sosial & Politik UGM tahun 1977. Hobi antara lain menulis. Pernah menulis antara lain 2 judul buku, yang diterbitkan oleh kelompok Gramedia : Elexmedia Komputindo. Juga senang menulis puisi Haiku/Senryu di Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Nikah Meriah

17 Maret 2021   10:23 Diperbarui: 17 Maret 2021   10:39 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pesta nikah sangat mungkin dibuat meriah. Mau di stadion Utama Senayan ? Mau diliput besar-besaran ? Atau direncanakan sederhana, menyesuaikan dengan suasana. Peristiwa pesta pernikahan, sering didomplengi oleh motif lain dalam rangka menunjukkan eksistensi diri orang tua maupun mempelai berdua.

Tetapi tak lama setelah pesta, sedikit demi sedikit terkuak misteri. Taruhannya, ini pernikahan hanya semusim, atau selama mungkin. Rukun seperti mimi dan mintuna atau bertengkar bongkar aib dan dosa.

Di dalam pesta pernikahan adat Jawa misalnya, yang terpenting antara lain menghayati perlambang. Agar mudah diingat, diambil dari khasanah lingkungan alam.

Tumbuh-tumbuhan atau tuwuhan merupakan isyarat untuk lebih memuliakan kehidupan manusia. Apakah ini mitos ? Silakan berbeda pendapat. Apakah ini rasional ? Pemaknaan yang komprehensif tentu tidak pernah tunggal. Seperti hamparan alam, tersaji indah dalam perbedaan.

Tujuan dan harapan hidup berumah tangga antara lain membina keluarga yang menyatu dalam ikatan tali keharmonisan. Mala petaka menjauh. Kerukunan terjalin. Selalu dijaga oleh spirit naga dina, naga sasi, dan naga taun.

Kahlil Gibran dari sisi lain, mengukir kata-kata dalam menggambarkan keindahan pernikahan. "Hanya jiwa kita yang menyatu, yang mampu mengungkapkannya. Tetapi, tetap saja menjadi misteri, yang buta terhadap kelanggengannya. Keindahan itu selalu mencerahkan dari hari ke hari. Ia memberi warna dan aroma, bunga-bunga cinta pun bermekaran. Jika kandas di tengah jalan, desahnya membuat resah, berakhir dengan putus berpisah".

Tanda berjodoh antara lain tulus saling mengurus, tanpa embel-embel salah urus. Mengagumi keindahan bunga lain tidak dilarang, tapi tidak ingin membawanya pulang.

Pasangan yang lestari senantiasa menyenangkan : "Domus et placens uxor". Apakah dulu berpesta di dalam stadion, atau di luar stadion ? Sama saja, sami mawon.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun