Mohon tunggu...
Bambang Subroto
Bambang Subroto Mohon Tunggu... Lainnya - Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Pensiunan Badan Usaha Milik Negara, alumni Fakultas Sosial & Politik UGM tahun 1977. Hobi antara lain menulis. Pernah menulis antara lain 2 judul buku, yang diterbitkan oleh kelompok Gramedia : Elexmedia Komputindo. Juga senang menulis puisi Haiku/Senryu di Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Terbang di Punggung Elang

6 Maret 2021   10:19 Diperbarui: 6 Maret 2021   10:23 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Siapa pun bisa terbang. Tinggal menunggu elang yang dapat dijadikan sebagai burung tunggangan. "Licet volare si in tergo aquilae volat". Demikianlah prinsip politikus dalam rangka meraih kekuasaan. Melipir dulu, lihat kiri kanan, hingga suatu saat terdapat  kuda tunggangan yang dirasa tepat untuk melesat.

Bagi penganut paham machiavelianisme, politik diyakini sebagai cara untuk mendapatkan kekuasaan dengan menghalalkan berbagai jurus. Semua cara tidak ada yang haram, termasuk jurus mabuk dan salah urus.

Karena prosesnya melalui pintu itu, maka uang berubah fungsi sebagai maha kuasa. Semua proses berdemokrasi diubah menjadi dol tinuku, atau tawar menawar harga. Paling apes, ya kembali modal.

Sejatinya politik bukanlah seperti itu. Tapi sejak revolusi Prancis pun, Robespierre telah mempraktikkan bahwa politik bisa dijadikan kompor. Ia berhasil mengobarkan semangat agar khalayak mengikuti apa yang ia maui.

Dalam skala yang lebih kecil, para politisi masa kini juga melakukan. Bertambah kelihatan motifnya, tatkala telah muncul kubu pro kontra, yang adu strategi berebut kuasa. Sebagai tontonan, ternyata makin bertambah seru saja.

Aristoteles mungkin tidak membayangkan, ternyata politik bisa dipoles maknanya ke berbagai arah. Dulu filsuf ini meyakini bahwa politik merupakan cabang dari pengetahuan praktis. Sesuai kodrat manusia secara alamiah ingin : membentuk kelompok, bertindak dalam kelompok, serta bertindak sebagai kelompok. Tujuan politik adalah mencapai eudaimonia, yaitu kesejahteraan bagi setiap orang.

Gonjang ganjing perebutan kekuasaan di dunia kepartaian lama memang terasa lebih kriuk-kriuk, dibandingkan deklarasi partai baru yang dipenuhi wajah lama yang terbatuk-batuk karena telah menua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun