Mohon tunggu...
Bambang Subroto
Bambang Subroto Mohon Tunggu... Lainnya - Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Pensiunan Badan Usaha Milik Negara, alumni Fakultas Sosial & Politik UGM tahun 1977. Hobi antara lain menulis. Pernah menulis antara lain 2 judul buku, yang diterbitkan oleh kelompok Gramedia : Elexmedia Komputindo. Juga senang menulis puisi Haiku/Senryu di Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menuju Jalan Sesat

21 Februari 2021   09:13 Diperbarui: 21 Februari 2021   09:16 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ngundhuh wohing pakarti adalah konsekwensi berlakunya hukum sebab akibat. Siapa pun yang berbuat, nantinya pasti akan panen akibat.

Hukum kausalitas juga punya analogi lain. "Harapkan guntur di langit, air di tempayan ditumpahkan". Walau pun sedikit banyak masih berupa pengharapan, terlalu membayangkan keuntungan yang belum pasti, sama sekali tidak disarankan.

Mengenal awal, mengetahui akhir, tak ada salahnya juga diperhatikan."Hal yang dimulai dengan baik, akan berakhir dengan baik pula". Dalam versi yang lain dikatakan bahwa betapa mengenaskan, jubah yang belum pernah diselesaikan, diubah menjadi pakaian jadi". Memang, siapa pun mampu memulai sesuatu, tapi hanya sedikit yang mampu menyelesaikannya dengan baik.

Kausalitas berasal usul dari bahasa Latin : causa, yang berarti sebab. Sebab dan akibat memiliki kaitan genetik. Suatu sebab akan menentukan akibat.

Terdapat dua daya dalam hukum kausalitas. Pertama, daya tarik-menarik. Kedua, daya tolak menolak. Pertempuran attraction dengan repulsion akan berdampak timbal balik. Kadang saling menjauhi, tapi sering mendekati.

Di dalam kehidupan sehari-hari, ada kecenderungan saling mendekati. Kesasar-susur, contohnya. Sudah paham kalau melanggar itu hukumannya sangat berat, tapi ya tetap dilanggar saja.

Menuju jalan sesat, menjanjikan nikmat. Inikah konskwensi dari "nihil sine causa", yaitu tak ada suatu akibat yang tanpa sebab ?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun