Mohon tunggu...
bambang riyadi
bambang riyadi Mohon Tunggu... Auditor - Praktisi ISO Management Sistem dan Compliance

Disclaimer: Informasi dalam artikel ini hanya untuk tujuan umum. Kami tidak bertanggung jawab atas tindakan yang diambil berdasarkan informasi ini. Konsultasikan dengan profesional sebelum membuat keputusan. Kami tidak bertanggung jawab atas kerugian yang timbul dari penggunaan informasi ini. Artikel lainnya bisa dilihat pada : www.effiqiso.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Krisis Gas Elpiji di Indonesia: Dampak Kebijakan yang Mengguncang Masyarakat

4 Februari 2025   15:40 Diperbarui: 4 Februari 2025   15:40 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

I. Pendahuluan 

Di tengah hiruk-pikuk pasar tradisional, seorang ibu rumah tangga bernama Ibu Ani harus rela mengantre berjam-jam demi mendapatkan gas elpiji 3 kg. Keringatnya bercampur dengan harapan, namun tak jarang ia harus pulang dengan tangan hampa. Pemandangan ini adalah potret buram dari krisis gas elpiji yang tak kunjung usai.

Sekitar 80% rumah tangga di Indonesia bergantung pada gas elpiji 3 kg sebagai sumber energi untuk memasak (Sumber: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral/ESDM). Kebijakan gas elpiji di Indonesia mengalami pasang surut, mulai dari perubahan harga, alokasi subsidi, hingga wacana konversi energi. Namun, perubahan ini sering kali berujung pada krisis yang menyengsarakan masyarakat.

Mengapa regulasi yang seharusnya mensejahterakan rakyat justru menjelma menjadi bencana?

II. Analisis Kebijakan dan Implementasi

Elpiji hadir sebagai solusi energi terjangkau sejak era konversi minyak tanah ke elpiji pada tahun 2007. Subsidi elpiji bertujuan untuk melindungi daya beli masyarakat miskin (Sumber: ESDM). Pemerintah memiliki berbagai alasan untuk mengubah kebijakan, seperti defisit anggaran, tekanan global, atau komitmen transisi energi. Namun, seringkali perubahan ini tidak sinkron antara kebijakan pusat dan daerah.

Pada tahun 2023, pemerintah berencana untuk mengurangi subsidi elpiji secara bertahap. Namun, rencana ini menuai protes dari masyarakat karena dianggap memberatkan ekonomi mereka (Sumber: Berita media massa). Distribusi elpiji seringkali tidak merata, menyebabkan kelangkaan stok dan antrean panjang. Sosialisasi yang minim dan kurangnya persiapan infrastruktur pendukung juga menjadi masalah.

Di beberapa daerah, masyarakat harus mengantre sejak subuh untuk mendapatkan gas elpiji. Bahkan, ada yang terpaksa membeli dengan harga yang lebih mahal dari harga eceran tertinggi (HET) (Sumber: Wawancara dengan warga).

III. Dampak Sosial dan Ekonomi 

Keluarga miskin harus mengalokasikan anggaran lebih besar untuk membeli elpiji, mengurangi alokasi untuk kebutuhan lain seperti makanan dan pendidikan. Pedagang kecil (PKL) dan UMKM yang bergantung pada elpiji terancam gulung tikar karena biaya produksi yang meningkat.

Kasus kematian akibat kelelahan mengantre atau penggunaan alternatif berbahaya seperti kayu bakar menjadi ancaman nyata. Peningkatan risiko kecelakaan akibat penggunaan tabung elpiji ilegal atau tidak standar juga perlu diwaspadai.

Protes warga dan kritik dari aktivis/LSM adalah bentuk ketidakpercayaan masyarakat pada pemerintah. Jika tidak ditangani dengan serius, hal ini dapat memicu destabilisasi sosial.

IV. Kritik terhadap Proses Regulasi 

Kebijakan seringkali dibuat tanpa melibatkan suara masyarakat rentan. Minimnya kajian dampak sosial juga menjadi masalah. Kebijakan yang reaktif dan tidak berbasis data jangka panjang menunjukkan adanya politik jangka pendek. Tarik-ulur kepentingan antara pemerintah, distributor, dan pelaku pasar juga memperparah masalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun