Menurut saya, kehadiran media sosial banyak membawa manfaat. Saya pun banyak terbantukan. Mulai dari Facebook, Twitter, juga Instagram. Selain untuk sosial branding dengan memperkenalkan tulisan saya di blog, juga bisa mendapatkan penghasilan juga. Lingkaran pertemanan juga semakin luas. Â
Intinya asalkan media sosial di dimanfaatkan dengan bijak, maka akan membawa kebaikan dan keberkahan juga. Sebaliknya hindari menggunakan media sosial untuk hal tak bermanfaat. Media sosial itu ibarat 2 mata sisi. Dan logikanya memang, semakin banyak followers, maka engaggemt semakin luas juga.
Salah satu indikator kesuksesan akun media sosial itu, kalau followers banyak. Dan saat ini followers media sosial saya masih standar-standar saja. Masi terbatas pada teman penulis cerita anak, teman blogger, teman sekolah, keluarga, dan juga ada tetangga hahaha. Selebihnya hasil saling follow-follow. Kamu follow saya folbek. Saya follow, kamu tidak folbek, maka saya unfollow. Kecuali seleb favorit saya hahaha.
Bagi saya, kalau difollow keluarga tidak masalah. keluarga di sini maksudnya keluarga inti ya. orang tua Kakak, adik, ipar, termasuk anak atau keponakan. Terkadang, biar postingan saya terlihat ramai, saya justru minta mereka like dan komen. kalau perlu share hahaha. Bagi kaluargam saya adalah artis mereka wkwkwkw. Gaya benar saya ini.
Terus kalau keluarga follow, mereka jadi tahu apa saja aktivitas yang saya lakukan. Pastinya yang positif ya. Terus mereka juga tahu keberadaan saya juga. misalnya adik saya kalau lihat postingan saya, pasti langsung WA, lagi di mana Mas? Pulang jam berapa? jadi kalau ada kendala, dia sudah tahu saya ada di mana. Bahkan kalau saya pas tidak bawa motor, dia bisa menjemput di halte busway.Â
Nah, yang jadi masalah kalau yang follow akun saya adalah tetangga. Soalnya tetangga saya pada kepo, dan nanti menyebar dengan cara tak enak. Soalnya pengalaman, saya jadi penulis saja pernah kena gosip. Kok di rumah terus? Kerjanya apa? Kok bisa belanja-belanja? Uangnya darimana? Bahakan saat ada murid saya yang berkunjung bersama orang tuanya, eh ada tetangga yang kira mau menagih utang hahaha.
Makanya, saya sangat berhati-hati memberitahu akun media sosial saya pada tetangga. Hanya beberapa kali saya kecolongan. Akhirnya kami saling mengikuti media sosial.
Namun dampaknya, saya jujur kurang nyaman. Soalnya tipe tatangga saya itu, kalau 1 orang tahu informasi, maka akan disebar ke tetangga lain hahaha. Jadi walau saya di Jakarta dan mereka di daerah, tetap saja tahu aktivitas saya. Tapi tahu sendiri kan, ada tetangga yang gitu lah. Baik ya dicerita, apalagi yang kurang bagus hahaha.
Saya pun sempat mengalami pengalaman kuran menyenangkan. Kebetulan saya juga freelancer, walau masih pemula. Suatu saat saya ada job apartemen. Pas saya posting di instagram, dia komen. "Memang sih, strategis. Tapi mahal, belum bayar ini itu bla..bla..."
Lain waktu saya posting suatu provider, dia langsung komen. "Ah, mending pakai ini (menyebutkan provider lain), lebih murah dan kencang blabla